MODEL DESAIN PEMBELAJARAN
A. MODEL
PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
Konsep
dari PSSI ini adalah bahwa sistem instruksional yang menggunakan pendekatan
sistem, yaitu satu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah
komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan
yang diinginkan.
Sedangkan
fungsi PSSI adalah untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program
pengajaran secara sistemik dan sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi
pendidik dalam melaksanakan proses belajar-mengajar.
Munculnya
model PSSI dilatarbelakangi oleh beberapa hal berikut.
Pemberlakuan
Kurikulum 1975, metode penyampaian adalah “Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PSSI)” untuk Pengembangan Satuan Pembelajaran (RPP).
-
Berkembanganya paradigma “pendidikan sebagai suatu sistem”, maka pembelajaran menggunakan pendekatan sistem (PSSI).
- Pendidik/guru masih menggunakan paradigm “Transfer of Knowledge” belum pada pembelajaran yang professional.
- Tuntuntan Kurikulum 1975 yang berorientasi pada tujuan, relevansi, efisiensi, efektivitas, dan kontinuitas.
- Sistem Semester pada Kurikulum 1975 menuntun Perencanaan Pengajaran sampai satuan materi terkecil.
Langkah-Langkah
Model PSSI :
1. Merumuskan
Tujuan Pembelajaran.
·
Menggunakan istilah yang operasional.
·
Berbentuk hasil belajar.
·
Berbentuk tingkah laku dan hanya ada
satu kemampuan/tujuan.
2. Pengembangan
Alat Evaluasi.
·
Menentukan jenis tes yang akan digunakan.
·
Menyusun item soal untuk setiap tujuan.
3. Menentukan
Kegiatan Belajar Mengajar.
·
Merumuskan semua kemungkinan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan.
·
Menetapkan kegiatan pembelajaran yang
akan ditempuh.
4. Merencanakan
Program Kegiatan Belajar Mengajar.
·
Merumuskan materi pelajaran.
·
Menetapkan metode yang digunakan.
·
Memilih alat dan sumber yang digunakan
untuk menyusun program kegiatan/jadwal.
5. Pelaksanaan.
·
Mengadakan pretest.
·
Menyampaikan materi pelajaran.
·
Mengadakan posttest dan revisi.
Langkah-Langkah Model PSSI |
B. Model
Dick and Carey.
Model desain
sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick and Carey (2005) telah lama
digunakan untuk menciptakan program pembelajran yang efektif, efisien, dan
menarik. Buku yang mereka tulis “The Systematic Design of Instruction”
telah menjadi buku klasik dalam bidang desain sistem pembelajaran.
Model
yang mereka kembangkan didasarkan pada penggunaan pendekatan sistem atau system approach terhadap
komponen-komponen dasar desain sistem pembelajaran yang meliputi analisis,
desain, pengembangan, implementasi, evaluasi. Model desain sistem pembelajaran
yang dikembangkan oleh Dick dkk. ini terdiri atas beberapa komponen dan sub
komponen yang perlu dilakukan untuk membuat rancangan aktivitas pembelajaran
yang lebih.
Berikut ini merupakan
langkah-langkah sekaligus komponen utama.
Langkah-Langkah Model Dick and Carey |
C. Model
PBTE
Latar
belakang PBTE ( Performance Based Teacher Education ) dapat ditemui dalam teori
Skinner yang behavioristik, di dalam teori sistem, dalam penelitian tentang
efektivitas guru dan dalam tafsiran psikologis humanistik yang menekankan pada Invidualized
Learning danPersonalized Learning atau atas dasar program modular.
Latar belakang dan teknologi yang menunjang PBTE itu adalah adanya
ketidakmampuan terhadap hasil-hasil pendidikan guru yang tradisional, adanya
kehendak untuk merangkaikan pre-service dan in-service training dalam urutan
yang berkelanjutan, dan keinginan untuk memperkenalkan teknologi pegajaran
termasuk CCTV, video tape, dan komputer.
Langkah
– langkah dalam konsep desain model pembelajaran PBTE :
Langkah-langkah Model PBTE |
D. Model
Davis
Teknik merancang sistem belajar berlangsung dalam tahap-tahap sebagai berikut:
1. Penetapan Status Sistem Pengajaran
Semua usaha perancangan suatu sistem senantiasa dimuali dari menetapkan kedudukan sistem pengajaran yang ada saat ini, baik input, output maupun operasinya. Kemudian dilakuakan kembali perancangan desain baru. Tahapan ini dimulai dengan memikirkan daerah pelajaran yang telah diberikan. Semua lingkungan yang penting untuk melaksanakan suatu program pengajaran harus dideskripsikan secara teliti dan terperinci. Jika perencanaaan sistem pengajaran hendak menetapkan kedudukan sistem yang telah ada sekarang, maka perlu menjawab beberapa pertanyaan berikut ini:
a. Karakterisik-karakteristik apa yang terdapat dalam sistem pengajaran di mana dia harus bekerja? Apa tujuan dan alat atu cara-cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan-tujuan itu?
b. Sumber-sumber apa yang akan digunakan? Apa batasan-batasannya dan hambatan-hambatan apa yang ada?
c. Siapa siswanya? Ketrampilan-ketrampilan dan harap-harapan apa serta kebutuhan belajar apa yang mereka miliki atau rasakan? Dan berapa jumlah siswanya?
d. Apa sebaiknya diperbuat untuk memberikan kontribusi pelajaran dalam usaha mencapai tujuan-tujuan itu dan membantu siswa belajar.
2. Perumusan Tujuan Pengajaran
Pemilihan dan perumusan tujuan pada hakikatnya adalah suatu proses membuat keputusan. Berdasarkan informasi tentang apa yang ingin diketahui oleh siswa, apa yang mereka butuhkan, bahan pelajaran guru menetapkan perangkat tujuan yang hendak dicapai para siswa. Jadi tujuan belajar sebenarnya adalah tujuan mengajar.
Tujuan terpenting adalah dalam menentukan urutan bahan yang akan disampaikan, metode mengajar, prosedur evaluasi yang akan dikembangkan. Tujuan mengandung makna yang penting dalam rangaka menentukan prosedur intruksional yang akan ditempuh oleh guru. Berdasarkan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan tersebut maka disarankan agar guru merancang kegiatan-kegaitan yang serasi untuk membantu siswa belajar. Perumusan tujuan merupakan hal yang penting dalam sistem pengajaran. Alasannya yaitu:
a. Umumnya desain pengajaran didasarkan pada tujuan-tujuan
b. Tujuan memainakan peranan krisis dalam evaluasi pengajaran
c. Kemungkiann terjadinya salah kaprah sehingga tujuan tadi sebagai media komunikasi dan memberiakn alat yang sama bagi semua guru.
d. Tujuan menjadi pedoman bagi siswa yang mengarahkan kegiatan belajar merekan dan untuk menilai kemajuan belajar yang telah mereka lakukan sebelumnya.
3. Perencanaan dan Pelaksanaan Evaluasi
Setiap perumusan tujuan belajar bagi siswa senantiasa harus disertai dengan perencanaan evaluasi intruksional. Untuk lebih jelasnya, coba kita renungkan beberapa pertanyaan berikut ini:
1) Bagaimana saya mengetahui bahwa para siswa telah mencapai tujuan-tujuan belajarnya?
2) Bagaiman saya dapat menerangkan bahwa saya telah melakukan tugas pekerjaan dengan baik dalam menciptakan kondisi belajar bagi para siswa?
3) Bagaimana saya mengetahui bahwa prosedur kerja yang saya tempuh baik dalam menciptakan kondisi belajar bagi para siswa?
4) Bagaimana saya mengetahui bahwa prosedur mengajar yang saya lakukan selama ini perlu diperbaiki, dan dalam hal apa perlu mendapat perhatian?
Meskipun masalah evaluasi merupakan masalah akhir yang perlu dirancang sebelumnya. Evaluasi harus dilakukan dengan berhati-hati dan teliti karena hal berikut:
a. Dengan program evaluasi, guru dan siswanya dapat menemukan bukti telah terjadinya proses belajar.
b. Evaluasi penting bagi guru dan siswa karena bertalian dengan kualitas pengajaran yang ditandai oleh keberhasilan belajar pada siswanya.
4. Pendeskripkian dan Pengkajian Tugas
Deskripsi tugas dimaksudkan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang ditempuh oleh seorang ahli bila dia melakukan suatu tugas. Tugas dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Tugas Tindakan (task action) adalah seperangkat langkah yang dirumuskan secara jelas dan dapat diamati serta dapat diperinci menjasi subtugas-subtugas.
b. Tugas Kognitif (cognitive task) adalah kegiatan-kegiatan yang dilakuakn secara mental yang umumnya tidak dapat diamati.
Suatu deskripsi tugas atau seperangakat tujuan selanjutnya dianalisis menjadi jenis-jenis belajar yang perlu dilakukan. Semua tugas dianalisis menjadi sejumlah kegiatan belajar. Untuk jenis-jenis belajar tertentu akan dibutuhkan prosedur intruksional tertentu pula antara tujuan, deskripsi tugas dan analisis tugas yang saling berinteraksi satu dengan yang lain.
5. Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Belajar
Didalam merancang sistem-sistem pengajaran, guru perlu menjawab sejumlah pertanyaan berikut ini:
1) Bagaimana cara menyususn kondisis-kondisi yang memungkinkan para siswa belajar siswa?
2) Keterampilan-keterampilan apa yang terlibat dalam perilaku untuk melaksanakan tugas, dan bagaimana keterampilan-keterampilan itu sebaiknya dipelajari?
3) Konsep-konsep apa yang terlibat dalam melakuakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prinsip-prinsip itu sebaiknya dipelajari?
4) Prinsip-prinsip apa yang dilibatkan dalam melakukan tugas-tugas untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prinsip-prinsip itu sebaiknya dipelajari?
5) Apa ada prinsip-prinsip umum belajar yang dapat dilaksanakan?
6) Bagaimana cara seseorang melaksanakan prinsip-prinsip itu?
7) Bagaimana guru menyusun kondisi-kondisi agar siswa termotivasi untuk belajar?
Sebagai seorang guru perlu menetapkan lebih dahulu hal-hal yang kan diajarkan baru mempertimbangkan berbagi alternatif metode mengajar yang akan digunakan. Dengan mempelajari prinsip-prinsip belajar maka guru dapat membantu para siswa belajar, dengan jalan menyediakan kondisi-kondisi yang dipergunakan melalui pembelajaran yang diberikannya.
Langkah-Langkah Model Davis |
Sumber Referensi :
Pribadi, Benny A. 2010. Model Desain Pembelajaran. Jakarta. PT Dian Rakyat.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.
http://aniatih.blogspot.co.id/2013/03/pola-pendekatan-pengajaran.html
http://evanchristian45.blogspot.co.id/2009/05/pendidikan-guru-berdasarkan-pendekatan.html
Komentar
Posting Komentar